Minggu, 28 November 2010

PENGARUH ALLELOPATI JENIS TUMBUHAN TERHADAP PERKECAMBAHAN

PENGARUH ALLELOPATI JENIS TUMBUHAN TERHADAP PERKECAMBAHAN



DISUSUN OLEH :

AYU ATIKA


LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDERALAYA
2009


ABSTRAK

Praktikum yang berjudul Pengaruh Allelopati Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan bertujuan untuk mempelajari pengaruh allelopati dari jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman. Praktikum ini dilaksnakan pada hari Jumat, tanggal 15 Mei 2009 mulai pukul 13.30 s.d. 15.30 WIB. Alat yang digunakan antara lain adalah botol akuades, piring plastik, blender, freezer, penggaris, kertas saring, tissue, gelas ukur, corong penyaring, pisau/ gunting, pipet tetes, sedangkan bahan yang digunakan akuades, adalah Acacia mangium, Zea mays dan Phaseolus radiatus. Dari Praktikum tersebut diperoleh hasil berupa biji Phaseolus radiatus dan Zea maays yang gagal berkecambah akibat penyiraman dengan ekstrak daun Acacia mangium. Kesimpulan yang didapat adalah Acacia mangium bersifat allelopati terhadap pertumbuhan biji Zea mays dan Phaseolus radiatus.



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Organisme hidup di alam tidak berdiri sendiri atau tidak hidup sendiri-sendiri, melainkan menjadi satu kumpulan individu-iindividu yang menempati suati tempat tertentu, sehingga antarorganisme akan terjadi interaksi. Interaksi-interaksi yang terjadi dapat merupakan suatu interaksi antarindividu dari spesies yang sama, dapat juga merupakan suatu interaksi antar individu dari spesies yang berbeda. Interaksi yang terjadi antarspesies anggota populasi akan mempengeruhi terhadap kondisi populasi mengingat keaktivan atau tindakan individu dalam mempengaruhi kecepatan pertumbuhan ataupun kehidupan popolasi. Setiap anggota populasi dapat memakan anggota-anggota populasi lainnya, bersaing terhadap makanan, mengeluarkan kotoran yang merugikan spesies lainnya, dapat saling membunuh, dan interaksi tersebut dapat searah ataupun dua arah (timbal balik). Oleh karena itu, dari segi pertumbuhan atau kehidupan populasi, interaksi antarspesies anggota populasi dapat merupakan interaksi yang positif, negatif, atau nol (Indriyanto 2006 : 89).
Semua makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungannya yang berupa fakor biotik dan faktor abiotik. Di dalamn ekosistem, komponen biotik harus dapat berinteraksi dengan komponen-komponen biotik lainnya dan juga dengan komponen abiotik agar tetap dapat bertahan hidup. Jadi interaksi antarorganisme di dalam ekosistem ditentukan oeh komponen biotik dan abiotik yang menyusunnya. Oleh karena itu, komponen biotik sangat beranekaragam dan komponen biotik berbeda kualitas dan kuantitasnya (Pratiwi 2000 : 3).
Interaksi spesies anggota populasi merupakan suatu kejadian yang wajar di alam atau di dalam suatu komunitas, dan kejadian tersebut mudah dipelajari. Interaksi antarspesies tidak terbatas pada hewan dengan hewan, tetapi interaksi terjadi secara menyeluruh termasuk tejadi pada tumbuhan, bahkan antar tumbuhan dengan hewan. Meskipun tumbuhan mampu mensintesis makanannya sendiri, namun kenyataannya, tumbuhan hijau tetap tidak pernah benar-benar independen (berdiri sendiri). Banyak spesies tumbuhan hijau yang bergantung pada hewan misalnya burung dan serangga dalam memperlancar penyerbukan bunga dan penyebaran biji. Demikian juga bahwa antartumbuhan di alam dapt saling bergabung membentuk hutan dengan berbagai tajuk yang satu dengan yang lainnya saling menutup, ada kalanya suatu spesies tumbuhan memerlukan rambatan atau harus hidup menempel pada tumbuhan lainnya, adakalanya suatu spesies tumbuhan perlu naungan (penutupan) tumbuhan lainua, sehingga masing-masing organisme yang berdampingan dapat melakukan tugas sesuai kedudukan dan fungsinya (Indriyanto 2006 : 89-90).
Keberadaan atau keberhasilan suatu organisme atau kelompok organisme tergantung pada keadaan kompleks. Keadaan yang menempati batas toleransi disebut kondisi batas atau faktor pembatas. Apabila organisme mempunyai batas luas untuk suatu faktor yang relatif konstan dan berada dalam jumlah yang banyak, maka faktor tadi tidak mungkin merupakan faktor pembatas. Sebaliknya, apabila organisme mempunyai batas toleransi sempit untuk suatu faktor yang selalu berubah, maka faktor tadi mungkin menjadi faktor pembatas (Rososoedarmo 1992 : 43).
Secara teori, spesies-spesies anggota populasi saling berinteraksi satu dengan lainnya dan membentuk interaksi yang positif, negatif, dan nol, atau kombinasi yang bentuk interaksi itu dapat dibagi menjadi sembilan tipe, yaitu neutralisme, kompetisi (tipe gangguan langsung), kompetisi (tipe penggunaan sumber daya),amensalisme, parasitisne, predasi (pemangsaan), komensalisme, protokooperasi dan mutualisme (Indriyanto 2006 : 90).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan pelaksanaan praktikum ini adalah untuk mempelajari pengaruh allelopati dari jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mangunsoekarjo (1978 : 4) menjelaskan bahwa pertumbuhan tanaman dan gulma dapat berpengaruh negatif. Hal ini karena permasalahan pokok yang ditimbulkan oleh tumbuhan liar adalah pengaruh racun yang dikenal dengan nama allelopati, dan dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas hasil. Daya toksisitas allelopati tersebut terhadap tanaman di sekelilingnya lebih tinggi, diduga oleh kepekatan senyawa yang dikeluarkan oleh organ tanaman pada waktu-waktu tertentu. Senyawa-senyawa kimia yang mempunyai potensi allelopati dapat ditemukan di ssmua organ tumbuhan, antara lain terdapat pada daun, batang, akar, umbi, bunga, buah dan biji (Sastroutomo 1990 : 146).
Allelopati diartikan sebagai pengaruh yang merugikan (menghambat/merusak) secara langsung maupun tak langsung dari suati tumbuhan terhadap tumbuhan lain melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan dan dibebaskan ke lingkungan hidup tumbuhan tersebut. Berdasarkan definisi tersebut, ternyata pengertian allelopati berbeda dengan persaingan atau kompetisi. Pada persaingan atau kompetisi, proses yang terjadi merupakan pengurangan atau pemanfaatan dari satu atau beberapa fakktor lingkungan misalnya cahaya, air dan zat hara yang diperlukan oleh beberapa tumbuhan yang berkompetisi. Pada allelopati, proses yang terjadi merupakan pengaruh yang merugikan tumbuhan disebabkan oleh senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh tumbuhan lain ke lingkungannya (Indriyanto 2006 : 95).
Sebagai contoh, Porophyllu ruilerule termasuk gulma penting di perkebunan teh. Tumbuhan ini memiliki sifat pertumbuhan yang sangat cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman pokok, selain itu, tanaman ini menghasilkan biji dalam jumlah banyak dan penyebarannya sangat luas. Tanaman ini merupakan tanaman semusim yang mempunyai sifat aromatik. Hal ini diduga karena tumbuhan ini memiliki senyawa allelopati (Backer 1965 : 166).
Pengetahuan tentang allelopati bahwa allelopati merupakan suatu bentuk interaksi negatif yang terjadi pada tumbuhan. Istilah allelopati berasal dari kata allelon yaitu terhadap yang lain dan pathy yaitu menderita, sehingga dapat disimpulkan bahwa allelopati merupakan salah satu bentuk interaksi amensalisme. Amensalisme merupakan keadaan yang berlawanan dengan komensalisme. Amensalisme merupakan hubungan antara dua organisme, yang satu pihak dirugikan sedangkan pihak lain tidak berakibat apa-apa (tidak merasa rugi maupun untung) (Indriyanto 2006 : 94).
Sedangkan menurut Rice (1974 :2), allelopati berarti hubungan antara satu individu dengan yang lainnyadan bersifat merugikan. Sifat allelopati ini merupakan suatu peristiwa yang menunjukkan adanya interaksi yang bersifat interspesifik dan intraspesifik di dalam komunitas tumbuh-tumbuhan yang hidup pada suatu tempat melalui hasil metabolismenya.
Bagian atau organ tanaman yang dapat menghasilkan senyawa yang bersifat allelopati adalah daun, batang, akar, rhizome, umbi, bunga, buah, dan biji dan senyawa ini dikeluarkan dengan cara penguapan, eksudat dari akar, pencucian dan pelapukan residu tanaman (Sastroutomo 1990 : 1).
Selanjutnya Rice (1974 :1) menyatakan bahwa senyawa-senyawa kimia yang dapat menyebabkan efek allelopati tersebut terutama termasuk dalam kelompok senyawa-senyawa sekunder tumbuhan. Pengaruh allelopati dari suatu jenis tumbuhan tanaman pokok pada ummnya sulir untuk diketahui, hanya dari pengamatan visual di lapangan. Allelopati sebagai salah satu faktor penghambat pertumbuhan tanaman, penyebab utamanya adalah senyawa penghamba yang dikandung dan dilepaskan oleh tumbuhan tertentu. Untuk itu perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh allelopati tumbuhan tertentu.
Beberapa jenis tumbuhan penghasil zat allelopati antara lain adalah Juglans nigra yang mengandung hidroxy juglon yang dikeluarkan melalui pencucian daun oleh air hujan dan masuk ke dalam tanah, selanjutnya adalah tumbuhan Salvia leucophylla yang melepaskan senyawa kimia berupa terpenes, berikutnya adalah tumbuhan Arthemisia absinthium dan A. vulgaris yang menghasilkan bahan aktif abshintine, Encelia farinosa menghasilkan racun 3-asetil-6-metoksibenzaldehid daripencucian daunnya oleh air hujan dan masuk ke dalam tanah, Hordeum vulgare yang akarnya mengandung zat allelopati dari golongan alkaloidaktif, kemudian tumbuhan Hellianthus annuus dan masih banyak lagi (Indriyanto 2006 : 96).
Jenis interaksi lain adalah mutualisme dan protokooperasi merupakan simbiosis yang menguntungkan begi tiap organisme yang bersangkutan, baik organisme tingkat redah maupun organisme tingkat tinggi. Selanjutnya adalah interaksi (simbiosis) pemangsaan dan parasitisme yang merupakan interaksi antara dua atau lebih organisme yang menimbulkan kerugian pada satu organisme oleh organisme lain yang selalu beruntung dan beberapa bentuk interaksi lainnya (Indriyanto 2006 : 93-99).
Tumbuhan yang mempunyai sifat sebagai allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebh hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun. Namun kualitas dan kuantitas senyawa allelopati yang dikeluarkan oleh tumbuhan dapat dipengaruhi oleh kerapatan tumbuhan allelopat, macam tumbuhan allelopat, saat kemunculan tumbuhan allelopat, lama keberadaan tumbuhan allelopat, habitus tumbuhan allelopat, kecepatan tumbuh tumbuhan allelopat, dan jalur fotosintesis tumbuhan allelopat (Anonim 2009 : 2).
Akasia adalah tumbuhan dengan tingkat keasaman yang tinggi dengan penyebaran pertumbuhan melalui angin. Di Australia, akasia mampu tumbuh 5 km dari tempat asalnya .dan menghilangkan seluruh tanaman asal yang berada di sana karena kalah bersaing dalam memperebutkan unsur hara dan karena tingkat keasaman yang dimiliki akasia. Kesimpulannya, akasia adalah komoditi yang tidak menguntungkan pada jangka pendek dan komoditi yang paling merugikan pada jangka panjang (Evan 2009 :1).
Pengaruh allelopati terhadap pertumbuhan tanaman adalah bahwa senyawa allelopati dapat menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopati menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan, dapat menghambat pertumbuhan dengan cara mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan, beberapa allelopati juga dapat memberikan pengaruh menghambat respirasi akar, memberikan pengaruh menghambat sintesis protein, dapat menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhann, dapat menghambat aktivitas enzim (Anonim 2009 : 2).


BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 15 Mei 2009, pada pukul 13.30 sampai dengan 15.30 WIB, bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah botol akuades, piring plastik, blender, freezer, penggaris, kertas saring, tissue, gelas ukur, corong penyaring, pisau/ gunting, pipet tetes, sedangkan bahan yang digunakan akuades, adalah Acacia mangium, Zea mays dan Phaseolus radiatus.
3.3. Cara Kerja
Dilakukan pembuatan ekstrak daun Acacia mangium, daun akasia dipotong-potong kecil, ditimbang potongan daun akasia, potongan daun akasia dicampur dengan air dengan perbandingan 1:7, 1:14, 1:21, dan 1:0 (kontrol) dan diblender sampai halus untuk masing-masing perlakuan, disaring ekstrak hasil pemblenderan, disimpan hasil ekstrak di dalam freezer selama 24 jam, kemudian dipilih biji jagung dan kacang hijau yang berkualitas, disiapkan piring plastik yang di atasnya diletakkan kertas saring, kemudian ditabur biji ke dalam piring tadi masing-masing sebanyak 10 biji setiap perlakuan, kemudian biji ditetesi dengan ekstrak tadi setetes per hari selama satu minggu dengan perlakuan yang telah disiapkan, dihitung persentase perkecambahan masing-masing perlakuan dan diukur panjang perkecambahan biji pada masng-masing perlakuan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil





Phaseolus radiatus


Zea mays







4.2. Pembahasan
Dari praktikum Pengaruh allelopati Jenis Tumbuhan Terhadap Perkecambahan yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh adalah behwa tidak terjadinya pertumbuhan pada perkecambahan biji, baik pada biji Zea mays maupun pada biji Phaselus radiatus yang diujikan baik dengan ekstrak daun Acacia mangium berbegai perbandingan konsentrasi maupun dengan air. Perlakuan penyiraman dengan ekstrak Acacia mangium memang tidak akan menghasilkan pertumbuhan perkecambahan pada biji yang diujikan. Hal ini dikarenakan daun Acacia mangium yang mengandung senyawa allelopat. Tetapi pada perlakuan penyiraman dengan air, yang seharusnya biji dapat mengalami perkecambahan namun dalam praktikum ini tidak terjadi perkecambahan disebabkan oleh sistem perlakuan penyiraman yang tidak teratur dan tidak seimbang, sehingga pertumbuhan perkecambahan terhambat akibat kurangnya ketersediaan/penyer apan air.
Senyawa allelopati dapat berpengaruh terhadap beberapa hal yaitu terhadap pembelahan sel yaitu dapat menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan, baik sebagian maupun total setelah beberapa am setelah perlakuan. Senyawa allelopati dapat juga mempengaruhi proses respirasi yaitu dapat menstimulir atau menghambat respirasi, pada keadaan yang dapat memberikan optimulasi (meningkatkan penyerapan oksigen). Proses posforilasi akan dihambat dan menyebabkan pembentukan ATP (energi ) menjadi berku rang . Selain itu senyawa allelopati juga dapat menghambat aktivitas enzim, menghambat terjadinya pembusukan bij i dan pembentukan perkecambahan (Irwan 1992 : 80).
Tidak tumbuhnya benih (gagalmya perkecambahan) disebabkan oleh kurangnya penyerapanm air dan sisertai pegaruh allelopati terhadap biji. Menurut Moenandir (1990 : 33), pembusukan organ tanaman yang ber potensi allelopati dapat menghasilkan senyawa organik dan aromatik seperti asam vanila, siringat, kafeat, ferulat,p-hidroksibenzoat. Senyawa-senyawa ini dapat meningkatkan konsentrasi larutan di sekitar benih sehingga menurunkan tekanan difusi air, akibatnya penyerapan air oleh benih terhambat dan mengakibatkan gagalnya atau terhambatnya perkecambahan.
Zat-zat kimia suatu tanaman yang bersifat allelopati terdiri dari zat autotoxic yang bersifat allelopati dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan anaknya sendiri atau individu lain yang sama jenisnya, dan zat antitixic yang bersifat allelopati dari suatu tumbuhan yang dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan tanaman lain yang berbeda jenis ( Indriyanto 2006 : 95).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan pada tumbuhan terdiri dari dua faktor yaitu faktor eksternal/lingkungan dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor luar yang erat sekali hubungannya dengan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan melingkupi air dan mineral, kelembaban, suhu, cahaya. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang melibatkan hormon dan gen yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan Macam-macam hormon pada tumbuhan adalah Auksin, Giberelin, Sitokinin, Gas Etilen, Asam Absisat, dan Kalin yang terdiri dari Rhizokalin (merangsang pembentukan akar), Kaulokalin (merangsang pembentukan batang), Anthokalin (merangsang pembentukan bunga), dan Filokalin (merangsang pembentukan daun) (Subandi 2009 :1).









BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Acacia mangium bersifat allelopati terhadap pertumbuhan biji Zea mays dan Phaseolus radiatus.
2. Tumbuhan yang mempunyai sifat sebagai allelopat mempunyai kemampuan bersaing yang lebh hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
3. Senyawa allelopati dapat menghambat penyerapan hara, menurunkan kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, menghambat pembelahan sel-sel akar tumbuhan, dapat menghambat pertumbuhan & pembesaran sel tumbuhan, menghambat respirasi akar, menghambat sintesis protein, menurunkan daya permeabilitas membran pada sel tumbuhann, dan menghambat aktivitas enzim.
4. Allelopati pada Acacia mangium menghambat pertumbuhan akar pada biji Phaseolus radiatus dan Zea mays.
5. Kurangnya penyiraman air terhadap biji Zea mays dan Phaseolus radiatus pada percobaan perbandingan 1 : 0 menyebabkan akar tidak dapat tumbuh (tidak berkecambah).











DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. www.iqbalali.com/Allelopati. Artikel. Diakses pada 21 Mei 2009 : pkl 21.30.

Backer. 1965. Flora of Java. Volume II NVP Noordhoff. The Netherlans : 614 hal.

Evan. 2009. http//mmunri.blogspot.com/ Kita-kita aja Akasia. Artikel. Diakses pada 11 Mei 2009 : pkl 20.30.

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta : 210 hal.

Pratiwi, dkk. 2000. Biologi Umum. PT. Intan Pariwara : Klaten.

Rice. 1974. Allelophathy Second Edition. Academic Press : Orlando.

Rososoedarmo. 1992. Ekologi Dasar. Erlangga : Jakarta.

Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Subandi, A. 2009. www.lablink.or.id/Pertumbuhan dan Perkembangan. Artikel. Diakses pada 6 Juni 2009 : pkl 20.00.

1 komentar: